Lingkar Post – Permasalahan mental lalu kemampuan fisik jiwa masih perlu menjadi perhatian kritis pada Indonesia. Angka dari Studi Bidang Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mengungkapkan bahwa lebih besar dari 19 jt penduduk berusia tambahan dari 15 tahun di dalam Indonesia mengalami gangguan mental emosional. Selain itu, lebih banyak dari 12 jt orang di kelompok usia yang tersebut sejenis mengalami depresi.
Menurut Sistem Registrasi Sampel yang tersebut dijalankan oleh Badan Litbangkes pada tahun 2016, terdapat data yang tersebut menunjukkan terjadinya 1.800 perkara bunuh diri setiap tahun, atau dengan kata lain, ada lima orang yang mana melakukan bunuh diri setiap hari. Dalam statistik ini, 47,7% dari korban bunuh diri berada pada rentang usia 10-39 tahun, yang mana mencakup anak remaja dan juga kelompok usia produktif. Angka ini memberikan ilustrasi penting mengenai tantangan kemampuan fisik jiwa, teristimewa di dalam kalangan generasi muda serta usia produktif di tempat Indonesia.
Inilah yang tersebut mendasari diresmikannya Kaukus Komunitas Peduli Bidang Kesehatan Jiwa di tempat Perpustakaan Nasional, Jakarta, Selasa 14 November 2023 sebagai respons berhadapan dengan tingkat urgensi isu kondisi tubuh jiwa yang digunakan mengkhawatirkan di dalam Indonesia. Inisiatornya, yang digunakan terdiri dari tokoh-tokoh seperti Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Prof. Dr. FX Mudji Sutrisno, SJ., Prof. Dr. Drs. Semiarto Aji Purwanto, M.Si., Dr. Adriana Elisabeth, Dr. Ray W. Basrowi, Maria Ekowati, lalu Kristin Samah, menegaskan pentingnya menangani kesulitan ini.
Sebelum mendeklarasikan Kaukus, para inisiator melakukan studi lalu survei secara komprehensif. Dari hasil survei tersebut, 82% responden menyatakan bahwa isu kebugaran jiwa sangat penting, sementara 12% menganggapnya penting. Studi ini juga mengidentifikasi lima urgensi kemudian tiga esensi kondisi tubuh jiwa di dalam Indonesia, menggambarkan kerumitan hambatan ini.
Dr. Ray Basrowi, salah satu inisiator, menyampaikan bahwa urgensi pertama terletak pada dampak multisektor kebugaran jiwa terhadap produktivitas lalu kualitas hidup seseorang. Urgensi kedua menyoroti seriusnya permasalahan pada anak, remaja, dan juga usia produktif. Sedangkan urgensi ketiga terkait minimnya edukasi juga informasi yang mana tepat mengenai kebugaran jiwa.
![Deklarasi Kaukus Publik Peduli Bidang Kesehatan Jiwa di tempat Perpustakaan Nasional, Selasa (14/11/2023).](https://media.suara.com/pictures/original/2023/11/16/81071-deklarasi-kaukus-masyarakat-peduli-kesehatan-jiwa.jpg)
Lebih lanjut, dua urgensi lainnya menunjukkan bahwa meskipun isu kondisi tubuh jiwa menjadi prioritas global, belum sepenuhnya diakui sebagai prioritas pada Indonesia. Terakhir, urgensi kelima menekankan keterkaitan hambatan kebugaran jiwa dengan persoalan ekonomi, sosial, juga budaya di area Tanah Air.
Tiga esensi kunci yang mana memacu urgensi permasalahan kemampuan fisik jiwa meliputi stigma yang luas terhadap gangguan kondisi tubuh jiwa, lingkungan bukan ramah kebugaran jiwa pada keluarga, sekolah, kemudian tempat kerja, dan juga fenomena self-diagnostic, khususnya dalam kalangan remaja, anak sekolah, dan juga pekerja.
Dari matriks isu prioritas dan juga esensi hambatan kebugaran jiwa, beberapa komponen mencuat, termasuk pemanfaatan gawai tak terkontrol pada anak serta remaja, beban generasi sandwich, pencarian jati diri, pengaruh media sosial, juga problem emosi, perilaku, lalu kekerasan berbasis keluarga. Temuan ini mengungkap keterkaitan nilai antargenerasi dengan teknologi digital serta media sosial terhadap kondisi tubuh jiwa anak muda Indonesia.
Deklarasi Kaukus Warga Peduli Aspek Kesehatan Jiwa menegaskan komitmennya untuk mengatasi krisis kemampuan fisik jiwa. Dalam pengumuman tersebut, Kaukus menyatakan diri sebagai pergerakan bersatu berbasis komunitas, menekankan urgensi hambatan kebugaran jiwa melalui advokasi, edukasi, riset, aksi pencegahan, dan juga mitigasi.
Kaukus juga menyoroti pentingnya menjadikan kebugaran jiwa sebagai isu sentral serta prioritas di berbagai lapisan masyarakat. Fokusnya melibatkan kesulitan kemampuan fisik jiwa di tempat kalangan ibu lalu balita, anak usia sekolah, remaja, usia produktif, dan juga kelompok rentan, dengan keyakinan bahwa kemampuan fisik jiwa berpengaruh pada aspek psikologis, ekonomi, juga sosial budaya.
Selain itu, Kaukus Publik Peduli Bidang Kesehatan Jiwa menghadirkan pemerintah serta pihak terkait untuk merancang inisiatif penanganan kemampuan fisik jiwa sejak dini, mulai dari masa 1000 HPK hingga sekolah dasar lalu menengah. Kaukus juga membantu berbagai pihak pada berjejaring untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya kemampuan fisik jiwa juga cara penanganannya yang mana tepat.