Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mulai Mengerek Suku Bunga Kredit

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mulai Mengerek Suku Bunga Kredit

Lingkar Post – . Era suku bunga tinggi yang dimaksud terus berlanjut menimbulkan sebagian perbankan melakukan penyesuaian dengan meninggikan bunga kreditnya. Namun ada juga bank yang digunakan masih menahan kenaikan bunga kredit.

Berdasarkan data terbaru dari Bank Indonesia (BI), rata-rata bunga kredit perbankan per Oktober 2023 sebesar 10,01%, telah naik 82 basis poin dari September  2023.

Bunga kredit tertinggi ada pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) juga bank asing masing-masing sebesar 12,62% kemudian 11,01% dari sebesar 10,82% juga 10,32% per September 2023.

Salah satu BPD yakni PT BPD Jawa Barat serta Banten Tbk (BJBR) menjadi bank yang telah dilakukan melakukan penyesuaian bunga kreditnya.

Hal yang disebutkan dibenarikan oleh Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi yang dimaksud menyatakan telah lama meninggikan suku bunga kreditnya selama setahun terakhir. 

Meski begitu, Yuddy mengungkapkan pihaknya melakukan penyesuaian bunga kredit tetap saja secara hati-hati agar tak berdampak pada jatuhnya ke kualitas kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL)

Ia mengatakan kenaikan suku bunga memberikan tekanan pada biaya dana perbankan. “Transmisinya pada suku bunga kredit dilaksanakan secara berhati-hati agar tak berdampak pada NPL,” kata Yuddy terhadap Kontan, Mulai Pekan (27/11).

Adapun selama satu tahun terakhir, BJB sudah pernah meninggal bunga kredit segmen ritel serta juga segmen korporasi.

“Di BJB sebagai contoh, terkait perkembangan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) pada satu tahun terakhir, segmen yang mana mengalami kenaikan adalah ritel dengan kenaikan SBDK 1,15% yoy juga korporasi dengan kenaikan 1,28%,” jelas Yuddy.

Baca Juga  Dirut: Transformasi digital BRI kurangi risiko serta biaya operasional

Adapun SBDK Bank BJB per November 2023 di area segmen kredit korporasi tercatat sebesar 7,07% lalu kredit retail sebesar 9,59%.

Namun demikian pada implementasinya, Yuddy bilang, pihaknya juga tetap saja memperhatikan profil daripada calon debitur, apakah debitur yang disebutkan merupakan debitur yang berisiko sehingga diperlukan tambahan premi risiko yang dimaksud tinggi atau tidak.

Sementara itu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan bunga kredit segmen korporasi menjadi yang dimaksud paling tinggi di dalam antara bunga kredit Bank Mandiri lainnya.

Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menyebut, 40% portofolio kredit korporasi Bank Mandiri pada valuta asing (Valas) juga secara otomatis menyesuaikan dengan kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve.

“Yang paling tinggi adalah di tempat corporate banking, sebagian portofolio kredit adalah pada US dollar. Jadi setiap ada penyesuaian The Fed itu otomastis suku bunganya di area corporate banking yang dimaksud akan meningkat. Tapi ini di area portofolio kredit valas korporasi dikarenakan ada inovasi suku bunga,” jelas Siddik pada Public Expose, Hari Senin (27/11).

Asal tahu saja, sejak dimulainya pengetatan moneter di dalam Amerika Serikat pada Maret 2022, The Fed sudah 11 kali meningkatkan suku bunga acuan secara berturut-turut dengan kumulatif kenaikan 525 basis poin. Dan per November 2023 The Fed mempertahankan suku bunga acuan untuk kedua kalinya pada kisaran 5,25%-5,50%.

Baca Juga  AdaKami Andalkan Teknologi untuk Memitigasi Risiko Gagal Bayar

Meski tren kenaikan suku bunga yang dimaksud berpengaruh pada kredit korporasi pada valuta asing, namun Siddik menyampaikan kredit yang dimaksud belum jatuh menjadi kredit bermasalah (NPL).

“Kami cermati setelahnya mengalami kenaikan suku bunga lantaran inovasi The fed tersebut, kami mengawasi tiada adanya pemburukan di area kualitas kredit tersebut  kemudian performing loan (NPL) di area 0%,” kata dia.

Di sisi lain, Siddik menyampaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan diproyeksikan akan melandai ke level 5,5% pada tahun 2024 mendatang.

“Jadi itu nanti akan mensupport peningkatan kegiatan bisnis dalam berbagai sektor sektor, juga akan meningkatkan permintaan kredit sebab ekspansi dari bisnis-bisnis nanti akan lebih banyak terlihat dengan turunnya suku bunga acuan,” kata dia.

Jika meninjau data Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) rupiah Bank Mandiri, segmen kredit korporasi memiliki bunga kredit pada level 8,05% per November 2023.

Sementara, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih belum meninggikan suku bunga kredit hingga November 2023. Hal yang disebutkan disampaikan EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn.

“Sejak Februari 2023, secara umum, BCA relatif belum meninggal suku bunga kredit hingga ketika ini. Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) BCA termasuk terendah dalam antara bank-bank lainnya,” kata Hera terhadap Kontan, Mulai Pekan (27/11).

Baca Juga  Wall Street naik, Nasdaq mengawasi didorong saham Microsoft

Hera menyebut, BCA senantiasa mereview tingkat suku bunga kredit sesuai dengan kondisi likuiditas, dinamika kompetisi, suku bunga Bank Indonesia, kondisi ekonomi, juga tingkat permintaan kredit pada berbagai segmen.

Adapun SBDK BCA yang digunakan berlaku ketika ini, dimana bunga kredit segmen korporasi sebesar 7,90%, kredit retail sebesar 8,10%, kredit konsumsi – KPR dalam 7,20% kemudian kredit konsumsi – non KPR sebesar 5,96%.

“Ditopang likuiditas yang memadai, kami optimistis dapat menjaga pertumbuhan kredit berkualitas secara berkelanjutan. BCA akan terus mengoptimalkan penyaluran kredit ke sektor UMKM, juga berikrar untuk memperkuat pembiayaan  inklusif dan juga pencapaian target RPIM yang mana ditetapkan pemerintah kemudian regulator,” kata Hera.



Check Also

Rupiah melemah tipis seiring bursa nantikan rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam

Rupiah melemah tipis seiring bursa nantikan rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam

Lingkar Post – Ibukota – Rupiah pada akhir perdagangan hari Hari Hari Jumat melemah tipis …