Kisah Jalan Suryakencana, Surga Kuliner Perkotaan Bogor di dalam area Lintasan Jalur Anyer-Panarukan

Kisah Jalan Suryakencana, Surga Kuliner Perkotaan Bogor di area Lintasan Jalur Anyer-Panarukan

Lingkar Post Jakarta – Jalan Suryakencana merupakan salah satu jalan di dalam Daerah Perkotaan Bogor, Jawa Barat yang dimaksud terkenal sebagai pusat kuliner. Jalan ini dikenal sebagai kawasan pecinan yang hingga sekarang masih eksis juga terus tumbuh mengikuti zaman. Salah satu bangunan khas Surya Kencana yakni Vihara Dhanagun atau Hok Tek Bio. Simak sejarah Jalan Suryakencana Bogor berikut.

Sejarah Jalan Suryakencana Bogor, Jawa Barat

Jalan Suryakencana dulunya beperan sebagai ruas dari Jalan Raya Anyer-Panarukan. Di belakang jalan ini terdapat pemukiman warga Tionghoa yang mana menetap serta tinggal di area pemukiman tersebut, sehingga disebut sebagai area pecinan.

Jalan Surya Kencana pada awalnya dibuat menghadapi perintah Gubernur Jendral Daendels pada 1808. Pada ketika itu, jalan ini masih dikenal dengan Post Weg atau Jalan Pos Pada tahun 1970-an. Hal yang dimaksud sebab terjadi sebuah perkembangan sejarah yang mengharuskan orang-orang Tionghoa pindah ke tempat ini. 

Dilansir dari laman Kominfo Daerah Perkotaan Bogor, dulunya kebanyakan warga Tionghoa bertahan hidup dengan cara berdagang juga ketika itu Jalan Suryakenacana dikenal dengan nama Handelstraat. Jalan perniagaan ini kemudian berubah menjadi nama Suryakencana pada 1970. Lalu, tahun 1853, terjadi aturan zona wilayah pemukiman bagi warga pada Bogor.

Baca Juga  Lezatnya 'Flavors Of Espana' Spanyol pada The Westin Jakarta

Pada ketika itu, Gubernur Jendral JC Baud mengatur kemudian menamakan aturan yang disebutkan sebagai wijkenstelsel berdasarkan kelompok etnis tertentu agar publik tiada tercampur dengan etnis lainnya.

Hal yang dimaksud akhirnya menciptakan para penjelajah mudah menemui rumah-rumah yang digunakan disinggahi oleh warga Tionghoa yang digunakan bertransaksi lalu menjadi produsen pada kawasan jalan tersebut, salah satunya Lawang Seketeng. Jalan yang disebutkan dahulu menjadi salah satu pusat perdagangan yang dimaksud pesat pada sedang Pusat Kota Bogor. 

Selain itu, Handelstraat atau Jalan Suryakencana mempunyai sejumlah cagar budaya yang tersebut beragam  salah satunya Vihara Hok Tek Bio yang berfungsi sebagai tempat ibadah umat beragama Budha dan juga dijadikan sebagai wisata religius. Bahkan, sampai ketika ini, Jalan Suryakencana tak pernah padam dari peradaban dan juga terus tumbuh seiring berjalannya waktu. Road of never sleeping, begitulah julukan bagi Jalan Suryakencana, yang digunakan berarti roda hidup warga dalam sana tidak ada pernah berhenti berputar dalam samping kondisi jalan yang tersebut semakin membaik seiring perkembangan zaman.

Baca Juga  Summer strikes a familiar note as music returns to Wolf Trap

Cagar budaya pada Jalan Suryakencana

Di bagian utara kawasan Jalan Suryakencana dulunya merupakan sebuah lingkungan ekonomi bernama Pasar Baroe atau Pasar Bogor lalu menjadi pangsa tertua di tempat Bogor. Pasar ini dilengkapi dengan bangunan cagar budaya yaitu Klenteng Hok Tek Bio (Vihara Dhanagun) yang dipakai sebagai tempat beribadah dan juga perayaan hari besar. 

Dilansir dari laman Budaya Indonesia, cagar budaya lainnya terletak di tempat belakang Pasar Bogor. Terdapat Hotel Pasar Baroe yang tersebut dibangun pada tahun 1800-an. Hotel ini dibangun bersamaan dengan dua hotel tersohor di tempat kota ini. Bangunan ini berasitektur Indies kemudian dipadukan dengan corak Eropa juga Tionghoa, dahulu bangunan ini menjadi tujuan utama para pelancong dari etnis Tionghoa, Eropa, Arab, hingga Pribumi.

Namun, banyak bangunan terkena dampak modernisasi sehingga terpencil dari perhatian dan juga penanganan dari berbagai pihak yang mana bertanggung jawab. Tempat yang dimaksud dulunya menjadi bursa tradisional sekarang telah berganti menjadi Plaza Bogor serta lingkungan ekonomi tradisional yang disebutkan berada di area bagian belakang gedung. 

Baca Juga  Begini kiat mengolah daging agar "juicy"

Dimulai tahun 1950, nama Handelstraat telah lama diubah oleh pemerintah Pusat Kota Bogor menjadi Suryakencana sehingga sekarang tambahan dikenal sebagai Kawasan Pecinan Suryakencana. Pemerintah Perkotaan Bogor bersatu PU-PERA memerlihatkan nilai pluralisme yang tersebut tergabung menghadapi kebudayaan Tionghoa kemudian budaya Sunda.

Hal itu terlihat dari gerbang depan jalan ini yang diberi nama “Gerbang Lawang Suryakencana”. Gerbang ini sangat unik akibat mengadopsi dari berbagai kebudayaan publik yang tersebut tinggal di tempat sekitarnya. Selain itu, juga dapat dilihat dari bagian melawan Gerbang Lawang yang tersebut terdapat sebuah Kujang, senjata tradisional khas Sunda. 

Keunikan lainnya yakni Gerbang Lawang Suryakencana dijaga oleh dua patung berwujud macan berwarna putih. Wujud macan yang dimaksud dipilih lantaran merupakan simbol dari Kerajaan Sunda terbesar yang tersebut bernama Kerajaan Padjadjaran. Lalu, warna putih menggambarkan seseorang raja yang mana dihormati oleh Suku Sunda yang mana bernama Prabu Siliwangi. Sedangkan, macan warna putih dipilih sebagai lambang penyeimbang, sesuai dengan filosofi Tionghoa, yakni Yin lalu Yang.

Check Also

Mengenal sejarah peradaban Qatar pada Museum Nasional Qatar

Mengenal sejarah peradaban Qatar dalam Museum Nasional Qatar

Lingkar Post – Ibukota – Salah satu destinasi favorit para pelancong pada negara Qatar adalah …