Berita mengenai risiko yang ditimbulkan oleh mengorok saat tidur sering dianggap sepele oleh masyarakat. Namun, menurut Dr. Roni Januardi Sp.THTBKL, Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher di Siloam Hospital Bangka, hal ini berbahaya apabila terus dialami dalam waktu lama. Pada lingkarpost.com, Dr. Roni Januardi menjelaskan bahwa mengorok saat tidur dapat menyebabkan henti nafas (apnea) saat tidur yang dapat berlangsung selama 10 detik. Apnea ini dapat membuat orang tidak bisa bernapas ketika tidur dan berdampak buruk pada kesehatan.
Kondisi ini dapat dialami oleh siapa saja, terutama orang yang memiliki Body Mass Index (BMI) lebih dari 25 – 30, lingkar leher yang lebih dari 40cm, bertambahnya usia, laki-laki, terdapat kelainan struktur anatomi saluran pernafasan atas perokok, pengguna obat tidur, peminum alkohol, serta pada orang yang mengalami kelainanan anatomis rahangnya. Pada anak-anak, mengorok saat tidur seringkali disebabkan oleh pembesaran atau pembengkakan adenoid dan tonsil (amandel).
Menurut Dr. Roni Januardi, OSA dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti jantung, diabetes melitus, stroke, serta menurunkan kualitas hidup seperti rasa mengantuk sepanjang hari, konsentrasi yang menurun, rasa lelah dan lesu, sakit kepala, gelisah, hambatan dalam prestasi belajar atau bekerja. Oleh karenanya, ia menyarankan untuk memperbaiki jalan napas dengan cara merubah posisi tidur atau positioning dan segera periksakan dan ketahui penyebab mengorok/OSA dengan Dokter Spesialis. Selain itu, ia juga menyarankan untuk menjalankan gaya hidup sehat, makan makanan gizi seimbang, dan melakukan olahraga teratur 30 menit.