Lingkar Post – Samarinda – Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur (BI Kaltim) bersatu pihak terkait, menguatkan peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk melakukan akselerasi peningkatan perekonomian 2024 agar terjaga seiring adanya ancaman inflasi.
"Ancaman naiknya nilai masih memperlihatkan ada dikarenakan Kaltim masih miliki ketergantungan pemenuhan komoditas pangan dari wilayah lain, sehingga hal ini dapat memicu terjadinya gejolak nilai pangan," kata Deputi BI Kaltim Hendik Sudaryanto pada pada Samarinda, Jumat.
Di sisi lain, kata Hendrik, dari total agregat penduduk Kaltim ketika ini belaka yang dimaksud sekitar 3,9 jt jiwa, masih belum mampu memenuhi permintaan pangan dari hasil lokal, apalagi apabila ditambah dengan total penduduk IKN yang tersebut berpotensi bertambah mulai 2024, sehingga kondisi ini tentu berpotensi terjadi inflasi.
Untuk itu, hal yang dimaksud digunakan harus diadakan secara kolaboratif adalah penguatan sinergi sama-sama melalui wadah TPID maupun Tim Percepatan kemudian Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD), dilanjutkan dengan kolaborasi pada pengembangan kapasitas lalu kualitas UMKM.
Ia juga menyatakan bahwa masih terdapat tantangan pada mengakselerasi perkembangan dunia usaha di tempat pada Kaltim, diantaranya masih tingginya ketergantungan Kaltim terhadap sektor pertambangan batu bara.
Sementara batu bara Kaltim pun masih mengandalkan ekspor, padahal gejolak kebijakan pemerintah dunia juga belum pulih seiring masih adanya konflik Rusia – negeri negeri Ukraina lalu juga belum pulihnya geopolitik pada area Timur Tengah, sehingga kondisi ini mampu sekadar mengganggu iklim ekspor.
"Untuk itu, BI Kaltim secara terlibat menginisiasi dan juga bersinergi dengan berbagai pihak, khususnya Pemprov Kaltim untuk menjaga dan juga menyokong perkembangan yang tersebut yang dimaksud inklusif dan juga juga berkelanjutan," katanya.
Pertumbuhan yang yang disebutkan inklusif dan juga berkelanjutan itu antara lain penyusunan kajian potensi monetisasi penurunan emisi karbon sebagai tindakan lanjutan dari inisiatif Forest Carbon Partnership Facility Carbon Fund.
Kemudian menyokong proses lanjut lalu penciptaan proyek bernilai tambah tinggi melalui sinergi dengan berbagai pihak lalu pelaku usaha pada wadah RIRU (Regional Pemodal Relation Unit), hingga meyakinkan kelancaran sistem pembayaran dan juga juga pengedaran uang Rupiah.
Ia juga mengatakan, dunia bisnis Kaltim hingga akhir 2023 ini diprakirakan bertambah positif juga juga tambahan tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni pada kisaran 5,8-6,6 persen (yoy) sejalan dengan membaiknya kinerja pada lapangan bidang perniagaan utama.