Analis: Ketahanan rupiah terjaga didukung instrumen BI pro-market

Analis: Ketahanan rupiah terjaga didukung instrumen BI pro-market

Stabilitas rupiah juga masih dijaga oleh kebijakan BI termasuk peluncuran instrumen terbaru yang mana digunakan pro-market lalu bertujuan untuk pendalaman bursa uang

Lingkar Post – DKI Jakarta – Analis bursa uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menyatakan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Negeri Paman Sam terjaga didukung oleh keberadaan instrumen terbaru yang mana yang dimaksud pro-market dari Bank Indonesia (BI).

"Stabilitas rupiah juga masih dijaga oleh kebijakan Bank Indonesia termasuk peluncuran instrumen terbaru yang tersebut yang disebutkan pro-market juga bertujuan untuk pendalaman bursa uang," kata Reny untuk ANTARA dalam area Jakarta, Senin.

Instrumen terbaru yang dimaksud yang disebutkan menarik bagi bursa itu adalah sekuritas valuta asing Bank Indonesia (SVBI) serta juga Sukuk Valuta asing Bank Indonesia (SUVBI). Instrumen yang tersebut disebutkan ditujukan untuk menarik dana asing masuk ke lingkungan sektor ekonomi keuangan domestik pada sedang risiko global yang digunakan meningkat.

Baca Juga  BI perkirakan ketidakpastian global pengaruhi dunia usaha Kaltim pada 2023

Pada penerbitan perdananya, SVBI berhasil meraup dana sebesar 236,5 jt dolar Amerika Serikat dengan penawaran yang mana masuk sebesar 266,5 jt dolar AS, pada melawan target Bank Indonesia yang mana mana sebesar 200 jt dolar AS. Hal itu mengindikasikan instrumen ini cukup diminati oleh pasar.

BI juga sebelumnya menerbitkan instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk menarik dana asing masuk ke bursa domestik. Respons lingkungan perekonomian cukup baik dengan kepemilikan asing sebesar 10,8 persen per Oktober 2023. Selanjutnya, lelang SRBI mencapai Rp168,81 triliun per 21 November 2023.

Baca Juga  BSI optimistis perkembangan perekonomian RI pada 2024 di area menghadapi 5 persen

Di sisi lain, fluktuasi rupiah juga dipengaruhi The Fed yang dimaksud mengindikasikan masih akan meninggikan Fed Funds Rate (FFR) mendekati akhir tahun 2023.

Inflasi Amerika Serikat (AS) berisiko sulit turun ke target pada waktu dekat sehingga kebijakan meninggal suku bunga masih diperlukan. Apalagi pada waktu ini, naiknya nilai inti Amerika Serikat masih berada pada level 4 persen per Oktober 2023.

Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah meningkat 71 poin atau 0,46 persen menjadi Rp15.494 per dolar Amerika Serikat dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.565 per dolar AS.

Baca Juga  BI: Aliran modal asing masuk ke Indonesia capai Rp4,10 triliun

Adapun Kurs Ibukota Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Mulai Pekan naik ke kedudukan Rp15.527 per dolar Amerika Serikat dari sebelumnya Rp15.587 per dolar AS.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyatakan instrumen SVBI dan juga SUVBI sejalan dengan mekanisme pangsa (promarket) untuk membantu pendalaman lingkungan sektor ekonomi uang pada valuta asing guna menggalang efektivitas kebijakan moneter, stabilitas sistem keuangan, kemudian sinergi pembiayaan ekonomi.

Mekanisme kedua instrumen yang mana dimaksud diatur pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 13 tentang Perubahan Kedua berhadapan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/14/PBI/2020 tentang Operasi Moneter. Ketentuan itu berlaku efektif pada 16 November 2023.

Check Also

Rupiah melemah tipis seiring bursa nantikan rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam

Rupiah melemah tipis seiring bursa nantikan rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam

Lingkar Post – Ibukota – Rupiah pada akhir perdagangan hari Hari Hari Jumat melemah tipis …