negara tanah Israel Sudah Kalah Perang di area area Sini, Hal ini Buktinya

negara Israel Sudah Kalah Perang di area Sini, Hal ini Buktinya

Lingkar Post

Jakarta – negeri Israel melanjutkan serangannya di tempat Gaza, Palestina. Ini adalah dilaksanakan di kampanyenya untuk memusnahkan milisi Hamas, yang dimaksud sudah melancarkan serangan ke wilayah tanah Israel pada 7 Oktober lalu.

Meski begitu, Tel Aviv mulai menemui hambatan. Ini adalah terkait dengan kampanye serangannya di tempat media sosial, yang dimentahkan oleh gelombang penolakan penduduk dunia.

Pengguna media sosial pada seluruh dunia, serta teristimewa kaum muda, telah dilakukan menyaksikan kehancuran yang dimaksud disebabkan oleh pemboman tanpa pandang bulu oleh negara Israel terhadap wilayah kantong Palestina itu di dalam jaringan media sosial pilihan mereka. Gambar didapatkan secara real-time selama lebih banyak dari sebulan.

Israel sendiri telah lama melakukan upaya-upaya membatasi informasi dari Wilayah Gaza dengan menahan masuknya jurnalis internasional ke wilayah itu. Namun, terlepas dari semua upaya ini, berkat media sosial, negeri Israel tak lagi mampu menyembunyikan kebenaran tentang tindakannya di area Palestina.

Kini pengguna media sosial secara terbuka mengejek negeri Israel untuk mengendalikan narasi perangnya di tempat Gaza, juga dengan cepat mengungkap kebohongan negeri Israel yang tersebut akhirnya juga teramplifikasi oleh media arus utama.

Pada tanggal 29 November, kampanye #WeWontBeSilenced diperkenalkan di area seluruh sistem media sosial, memacu postingan grafis ini, atau gambar dengan satu tangan menutupi mulut, serta instruksi relevan yang ditulis di tempat sisi lain atau poster.

Baca Juga  Rekrutmen 1 Juta Guru PPPK Dikebut, Selesai Akhir 2024

“Sejak diluncurkan, video ini sudah pernah menerima banyak ribu tayangan di area berbagai platform digital serta akan terus mendapatkan daya tarik seiring dengan dampak yang digunakan dirasakan akun media sosial akibat pelarangan bayangan, sensor, serta intimidasi,” ujar analis dunia Islam, Omar Sulaeman, terhadap Al Jazeera, hari terakhir pekan (1/12/2023).

Bukan cuma negeri Israel yang tersebut mengetahui bahwa dia kalah di konflik narasi. Sekutu serta penyandang dana Israel, Amerika Serikat (AS), sudah mengungkapkan kekhawatirannya dengan pembaharuan opini umum mengenai konflik tersebut.

Politico melaporkan bahwa para pejabat senior pemerintahan Biden khawatir tentang bagaimana gencatan senjata sementara “akan memungkinkan jurnalis mendapatkan akses yang mana lebih banyak luas ke Wilayah Gaza serta kesempatan untuk lebih banyak menjelaskan kehancuran di area sana dan juga mengubah opini rakyat terhadap Israel.

“Dengan kata lain, para pejabat Negeri Paman Sam menyadari arah pembaharuan opini masyarakat sejak awal episode pemboman ini kemudian khawatir bahwa masuknya jurnalis ke Jalur Kawasan Gaza dapat mengungkap tambahan berjauhan genosida yang mana dijalankan negeri Israel di tempat sana berhadapan dengan izin serta dukungan mereka,” tulis media itu.

Sementara itu, bukti lainnya menunjukan bahwa, simpati partai penguasa AS, Partai Demokrat, di area Timur Tengah pada masa kini lebih lanjut tertuju pada rakyat Palestina dibandingkan dengan Israel, 49% berbanding 38% sebelumnya. Pergeseran simpati Partai Demokrat ini merupakan indikasi melemahnya monopoli media arus utama terhadap narasi Israel-Palestina.

Di sisi lain, berbagai anggota Partai Republik juga mulai memikirkan kembali hubungan AS-Israel sehubungan dengan bantuan luar negeri. Doktrin “America First” yang diusung mantan Presiden Negeri Paman Sam Donald Trump telah lama menghasilkan berbagai anggota Partai Republik mempertanyakan apakah mengupayakan negara Israel dengan bantuan militer reguler harus masih menjadi prioritas kebijakan luar negeri partai tersebut.

Baca Juga  Rusia Ngamuk ke Israel, Bandara Ini adalah Diserang

Tekanan Dunia

Serangan tanah Israel ke Gaza, Palestina, menarik simpati sejumlah pihak di dalam dunia. Sebagian besar mengecam langkah negara Israel yang dimaksud tanpa pandang bulu menyerbu Wilayah Gaza dengan dalih memusnahkan milisi gerakan Hamas namun menewaskan berbagai warga sipil kemudian memunculkan kerusakan total di area wilayah itu.

Data dari Proyek Angka Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED) yang dimaksud meliput demonstrasi antara 7 lalu 27 Oktober, mencatatkan data ada 3.761 aksi demo pasca serangan ini dalam seluruh dunia. 95% aksi berjalan damai, namun sekitar 5% berubah menjadi kekerasan atau dibubarkan oleh polisi atau badan keamanan lainnya.

“Mayoritas demonstrasi, sekitar 86%, bersifat pro-Palestina, sementara sebagian kecil lainnya bersifat netral, menyerukan perdamaian dan juga gencatan senjata tanpa mengambil sikap pro-Israel atau pro-Palestina secara eksplisit,” ujar lembaga itu diambil Reuters.

Jumlah demonstrasi terbesar yang dimaksud tercatat secara global terjadi setelahnya ledakan kontroversial di tempat Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi dalam Pusat Kota Kawasan Gaza pada 17 Oktober. gerakan Hamas menuding ini merupakan aksi Israel, sementara Tel Aviv menyalahkan insiden ini pada kelompok Jihad Islam.

Meskipun berunjuk rasa di area kota-kota seperti London, Berlin kemudian Washington mendapat perhatian media terbesar dalam negara-negara Barat, sebagian besar demonstrasi yang dicatat oleh ACLED terjadi di area Timur Tengah lalu Afrika Utara. Wilayah ini mayoritas penduduknya beragama Islam lalu bersikap pro-Palestina.

Baca Juga  Geger! Bank Swiss Berkonspirasi Sembunyikan Rupiah 86,8 T

Bila dipandang dari segi regional, kota-kota besar di tempat Eropa seringkali diguncang oleh berunjuk rasa lalu mengkritik balasan antara demonstran pro-Palestina kemudian pro-Israel. Beberapa pada antaranya berubah menjadi kekerasan.

Di Berlin, ACLED melaporkan banyak demonstran ditangkap pada beberapa berunjuk rasa selama bulan Oktober, ketika pengunjuk rasa pro-Palestina bentrok dengan polisi.

Di pusat kota Paris, ribuan orang melakukan unjuk rasa pada tanggal 4 November untuk menyerukan gencatan senjata dengan plakat bertuliskan “Hentikan siklus kekerasan” serta “Tidak melakukan apa pun adalah sebuah pembiaran”. Pihak berwenang Prancis sebelumnya sudah melarang beberapa konferensi pro-Palestina sebab kegelisahan akan gangguan publik.

Lebih dari 300.000 demonstran pro-Palestina berpawai melalui pusat kota London Hari Sabtu lalu. Polisi menangkap lebih besar dari 120 orang ketika mereka mencoba menghentikan pengunjuk rasa sayap kanan untuk menyergap demonstrasi utama.

Di Amerika Serikat (AS), pawai pro-Palestina di area Washington menjadi yang mana terbesar di beberapa tahun terakhir. Di universitas-universitas, kelompok pelajar yang digunakan berduel saling berhadapan di ketegangan, dan juga ada laporan pelecehan juga penyerangan terhadap pelajar pro-Israel lalu pro-Palestina.

“AS adalah tempat terjadinya demonstrasi tandingan pada jumlah total tertinggi yang mana melibatkan pengunjuk rasa pro-Israel serta pro-Palestina,” tambah lembaga itu.

Artikel Selanjutnya Ada Iran di dalam Balik Serangan organisasi Hamas ke Israel? Hal ini Faktanya

Check Also

Mendagri minta Pj. kepala wilayah segera penuhi anggaran pemilihan gubernur 2024

Mendagri minta Pj. kepala wilayah segera penuhi anggaran pemilihan gubernur 2024

Ibukota Indonesia – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian memohon Pj. kepala wilayah segera memenuhi keinginan …