Pengungsi Rohingya Ditolak Masuk Aceh, Anggota Komisi I DPR: PBB Jangan Cuma Tunjuk-tunjuk!

Pengungsi Rohingya Ditolak Masuk Aceh, Anggota Komisi I DPR: PBB Jangan Cuma Tunjuk-tunjuk!

Lingkar Post – Anggota Komisi I DPR, Jazuli Juwaini memohon Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tak diam di menangani para pencari suaka Rohingya yang kekinian menuju Aceh untuk mengungsi.

Diketahui, belakangan warga Aceh menolak menerima pengungsi Rohingya lantaran rekam jejak beberapa orang pengungsi yang dimaksud terlibat tindakan hukum kriminal.

Jazuli memahami bahwa para pengungsi yang dimaksud kabur juga mencari suaka lantaran tersiksa badan lalu terancam nyawa pada negara asal. Menurutnya, tindakan hukum pengungsi Rohingya merupakan tanggung jawab kolektif kemanusiaan.

Tetapi, ia juga memohon PBB berperan terlibat dan juga bertanggung jawab melawan nasib para pengungsi Rohingya.

“Kita telah bersyukur, PBB telah mengambil bagian tangan, tetapi PBB jangan cuma tanjak-tunjuk, PBB juga harus bertanggung jawab. Iya kan. Pengungsi di dalam tampung di dalam satu negara, ini kan ada bebannya. Nah, bebannya itu harus ditanggung jawab oleh PBB,” kata Jazuli dalam Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (21/11/2023).

Ia juga memahami kondisi dan juga alasan warga Aceh mengapa kemudian menolak menerima pengungsi Rohingya. Padahal sebelumnya menerima dengan tangan terbuka.

“Pengungsi-pengungsi Rohingya juga kan yang keberatan Aceh itu terjadi indikasi aktivitas kejahatan yang mana dilaksanakan oleh pengungsi, ya ini juga para pengungsi harus tahu diri, telah selamat pada tampung itu Alhamdulillah. Jangan lagi melakukan hal-hal yang tersebut menciptakan publik itu murka,” ujar Jazuli.

Baca Juga  Berita unggulan terkini, Indonesia-PBB bahas Daerah Gaza hingga Jerman juara Piala Bumi U-17

Tidak kalah penting, Jazuli menyoroti pemerintah yang digunakan seharusnya menjadi jembatan bagi pemerintah area Aceh dan juga PBB di menangani pengungsi Rohingya.

“Di situ peran pemerintah menjembatani antara pemerintah pusat juga pemerintah Aceh dengan PBB. Secara teknis tempat, supaya tiada ada konflik horizontal antara pengungsi dan juga warga Aceh, kan kalau warga telah menolak kan mampu cuma terjadi hal yang tak diinginkan,” kata Jazuli.

“Ya, pada situ dicari tempat yang paling mungkin, yang digunakan paling aman, yang paling bukan terjadi gesekan-gesekan. Jadi PBB harus mengatasi secara tuntas. Nggak boleh cuma tanjak-tunjuk aja,” tandasnya.

Pengungsi Rohingya Datang Lagi

Petugas kebugaran memeriksa kondisi kemampuan fisik beberapa orang imigran etnis Rohingya pasca terdampar di tempat pantai Desa Ladong, Kota Aceh Besar, Aceh, Akhir Pekan (25/12/2022). [NTARA FOTO/Ampelsa].
Petugas kemampuan fisik memeriksa kondisi kemampuan fisik beberapa jumlah imigran etnis Rohingya setelahnya terdampar di area pantai Desa Ladong, Daerah Aceh Besar, Aceh, Akhir Pekan (25/12/2022). [NTARA FOTO/Ampelsa].

Kasus pencarian suaka yang tersebut dilaksanakan oleh suku muslim jika Myanmar, Rohingya sekarang ini menjadi fokus pemerintah Indonesia untuk segera ditangani.

Pasalnya, setidaknya ada 490 orang suku Rohingnya yang kembali datang ke Indonesia melalui dua tempat pesisir Aceh, Bireuen lalu Pidie pada Akhir Pekan (19/11/2023) dini hari lalu.

Penolakan besar-besaran yang dimaksud diadakan oleh warga Aceh ini diduga dilatarbelakangi akibat ulah para pengungsi Rohingya yang dimaksud berbagai melakukan tindakan kriminal.

Baca Juga  9 Fakta Terkini Perang Gaza: tanah Israel Menggila-RI Teriak Ini adalah

“Kesimpulan kita bersama, penduduk dengan tegas menolak penampilan pengungsi Rohingya ke daratan. Warga tidak ada bisa saja menerima lagi,” ungkap Kepala Desa Pulo Pineung, Mukhtaruddin untuk awak media.

Penolakan ini juga pernah menimbulkan pengungsi Rohingya memilih untuk melaut ke arah Aceh Utara, tepatnya ke Desa Ulee Madon. Namun, lagi-lagi mereka ditolak warga.

Para pengungsi Rohingya ini akhirnya terombang-ambing di dalam laut selama hampir 3 hari.

Sayangnya, berbagai dari mereka itu yang digunakan malah bertindak kriminal hingga merugikan warga sekitar.

Hal ini mendasari penolakan besar-besaran terjadi.

Lalu, apa sebenarnya alasan para pengungsi Rohingya memilih Aceh sebagai tempat kedatangan merekan meskipun sudah ada ditolak berkali-kali? Simak inilah penjelasannya.

Sistem Panglima Laot

Warga menyaksikan kapal kayu menggunakan layar yang mana mengangkut puluhan imigran etnis Rohingya terdampar di dalam pantai Desa Ladong, Wilayah Aceh Besar, Aceh, Mingguan (25/12/2022). [ANTARA FOTO/Ampelsa].
Warga menyaksikan kapal kayu menggunakan layar yang tersebut mengangkut puluhan imigran etnis Rohingya terdampar di area pantai Desa Ladong, Kota Aceh Besar, Aceh, Akhir Pekan (25/12/2022). [ANTARA FOTO/Ampelsa].

Para pengungsi Rohingya kebanyakan memilih pergi dari negara asalnya Myanmar lantaran dia sudah pernah diusir.

Hal ini menimbulkan mereka terpaksa melaut demi mencari tempat singgah.

Para pengungsi Rohingya ini terkadang harus terombang-ambing di area laut selama berhari hari dengan memanfaatkan bantuan logistik dari nelayan-nelayan yang digunakan bertemu dengan merek pada laut.

Di Aceh, ada sistem hukum adat bernama Panglima Laot yang tersebut mengemban sistem gotong royong sesama nelayan selama berada pada lautan.

Baca Juga  PBB: kekurangan substansi bakar minyak jadi sebab utama kematian di dalam Gaza

Sistem ini juga mengharuskan para nelayan untuk menolong orang-orang yang digunakan tersesat atau membutuhkan bantuan pada lautan.

Hal ini menimbulkan para nelayan selama Aceh yang dimaksud mengawasi para pengungsi Rohingya berada di dalam sedang laut menjadi iba serta mencoba menolong mereka untuk dapat berada pada daratan.

Sesama Umat Islam

Sejumlah imigran Rohingya memilih baju bekas pada lokasi penampungan sementara di dalam SMP Negeri 2 Curei, Gampong Curei, Kecamatan Muara Tiga, Kota Pidie, Aceh, Hari Jumat (30/12/2022).  [ANTARA FOTO/Nova Wahyudi]
Sejumlah imigran Rohingya memilih baju bekas di dalam lokasi penampungan sementara di dalam SMP Negeri 2 Curei, Gampong Curei, Kecamatan Muara Tiga, Wilayah Pidie, Aceh, Hari Jumat (30/12/2022). [ANTARA FOTO/Nova Wahyudi]

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam atau dikenal dengan sebutan Serambi Mekkah itu memiliki penduduk mayoritas beragama Islam.

Dalam ajaran Islam, tolong menolong menjadi salah satu amalan yang tersebut diajarkan oleh para Nabi dan juga Rasul.

Hal ini pun menghasilkan para pengungsi Rohingya memilih Aceh sebagai tujuan merek dengan harapan sanggup diterima dengan baik sebab sesama Umat Islam.

Aceh juga menjadi salah satu pintu gerbang maritim Indonesia.

Lokasi geografis Aceh yang mana berada di area paling utara wilayah Indonesia secara garis maritim menyebabkan pengungsi Rohingya lebih tinggi mudah untuk sampai di area Aceh.

Secara geografis, laut Andaman yang digunakan ditarik garis lurus menuju Myanmar juga berada secara tegak lurus dengan wilayah daratan Aceh.

Selain mudah dijangkau oleh kapal, wilayah Aceh juga kaya akan sumber daya alam yang tersebut dapat dimanfaatkan oleh para pengungsi Rohingya.

Check Also

Mendagri minta Pj. kepala wilayah segera penuhi anggaran pemilihan gubernur 2024

Mendagri minta Pj. kepala wilayah segera penuhi anggaran pemilihan gubernur 2024

Ibukota Indonesia – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian memohon Pj. kepala wilayah segera memenuhi keinginan …