Lingkar Post – Kementerian Bidang Kesehatan tidak ada melakukan penutupan kemungkinan terjadinya pandemi baru setelahnya adanya laporan wabah pneumonia mycoplasma di dalam China kemudian Belanda. Belakangan, perkara yang tersebut serupa juga terkonfirmasi di area Indonesia.
Direktur Jenderal Pencegahan lalu Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu mengonfirmasi adanya 6 persoalan hukum infeksi pneumonia mycoplasma pada anak di area Indonesia.
Ia menyebutkan 6 persoalan hukum ini semuanya terdeteksi di tempat Jakarta, dengan rincian semua perkara itu ditemukan dalam dua rumah sakit swasta yaitu RS Medistra Ibukota dan juga RS Ibu kemudian Anak JWCC. Meski begitu, kata Maxi pihaknya meyakinkan seluruh tindakan hukum itu telah dinyatakan sembuh.
“Kami dua hari lalu mendapat laporan, setelahnya kami konfirmasi memang sebenarnya pada waktu ini ada 6 perkara pneumoniae mycoplasma yang tersebut pernah dirawat di area dua rumah sakit,” ujar Maxi ketika konferensi pers Rabu (6/12/2023).
![gejala mycoplasma pneumonia pada anak (Freepik)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/12/06/69594-gejala-mycoplasma-pneumonia-pada-anak.jpg)
Maxi menjabarkan, 6 perkara itu semua pasien merupakan anak-anak dengan rentan usia 3 hingga 12 tahun. Pasien mengalami gejala batuk, hidung beringus, sakit kepala, hingga sesak ringan.
“Gejala awalnya mirip seperti pneumoniae pada umumnya, panas dan juga batuk, beringus, sakit tenggorokan, ada yang dimaksud mulai terasa sesak,” kata Maxi.
Pneumonia mycoplasma atau mycoplasma pneumoniae adalah bakteri yang tersebut dapat menyebabkan infeksi ringan terhadap sistem pernapasan bawah, sehingga menyebabkan infeksi paru kritis lalu butuh perawatan di tempat rumah sakit.
Cara penularan pneumonia mycoplasma yaitu ketika seseorang yang digunakan terinfeksi mengalami batuk atau bersin, maka kemungkinan besar merekan juga sanggup menularkan penyakit terhadap orang di dalam sekitar melalui droplet.
Bahkan di beberapa kasus, bakteri ini kerap kali menyebar dari orang-orang yang dimaksud tinggal serumah lantaran banyak menghabiskan waktunya bersama.
![Ilustrasi pneumonia [shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/07/10/23606-ilustrasi-pneumonia-radang-paru-paru-penyakit-paru-paru-shutterstock.jpg)
Risiko Pandemi Baru
Sementara itu, konfirmasi perkara pneumonia mycoplasma di dalam Indonesia menyebabkan warga bertanya-tanya tentang kemungkinan terjadinya pandemi baru.
Menurut Direktur Pencegahan serta Pengendalian Penyakit Menular, Imran Pambudi yang tersebut membenarkan bakteri seperti mycoplasma bisa jadi memicu pandemi. Meski begitu ia menegaskan risikonya berjauhan lebih lanjut kecil dibandingkan penyebaran penyakit oleh virus seperti SARS-CoV-2 penyulut Covid-19.
“Jadi tidaklah menghentikan kemungkinan kemungkinan mampu jadi pandemi. Tapi kalau dibandingkan dengan yang digunakan virus, itu sangat jauh tambahan cepat virus,” papar Imran pada waktu konferensi pers Rabu, (29/11/2023) lalu.
Ia juga menambahkan melebihi bakteri, umumnya virus lebih banyak cepat menyebar juga menyebabkan gangguan hingga kerusakan sistem kekebalan tubuh, terlebih apabila virus yang disebutkan bisa jadi memperbanyak diri di area pada tubuh.
“Jadi kita ungkapkan penyakit ini tidak ada separah Covid-19. Tapi seperti kita ketahui memang sebenarnya pandemi itu lebih banyak kerap disebabkan virulensi (patogen pemicu kerusakan) itu tinggi,” papanya lagi.