Ekonom UI: Masa depan sektor ekonomi dunia tak semata-mata perkembangan juga naiknya nilai

Ekonom UI: Masa depan ekonomi dunia tak semata-mata perkembangan juga naiknya harga

Namun, pada 2020 telah dilakukan terjadi muncul teori dunia usaha moneter baru, yakni MMT

Lingkar Post – Depok, Jawa Barat – Guru Besar Keilmuan Kondisi Keuangan Moneter dan juga Keuangan Internasional Fakultas Bidang Bisnis dan juga juga Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Prof. Ir. Sugiharso Safuan, M.E., Ph.D berpendapat masa depan perekonomian dunia ke depan tidaklah sekadar ditandai oleh perkembangan pertumbuhan ekonomi, pemuaian lalu pengangguran.

Namun, juga bagaimana hubungan antara pengambil kebijakan pada setiap negara meninjau tanggung jawabnya sendiri, antara pemerintah sebagai otoritas fiskal kemudian bank sentral sebagai otoritas moneter, di dalam mencapai tujuan yang tersebut sudah ada pernah ditetapkan.

Sugiharso memaparkan tentang berbagai teori yang dimaksud dimaksud muncul ketika krisis besar terjadi pada 1929.

Baca Juga  DJKN sebut telah lama salurkan PMN untuk PT PII sebesar Rp10,65 triliun

Saat itu, John Maynard Keynes individu ekonom dari Inggris meyakini krisis disebabkan oleh kurangnya permintaan agregat.

Pendapat berbeda datang dari Milton Friedman ekonom jikalau Amerika Serikat, yang mana menganggap bahwa krisis besar disebabkan oleh kebijakan moneter yang dimaksud yang disebutkan salah.

Beranjak dari kedua pandangan berbeda tersebut, Sugiharso mendiskusikan tambahan di dalam seputar Teori Moneter Arus Utama (Mainstream Monetary Theory atau MsMT) juga Teori Moneter Modern (Modern Monetary Theory atau MMT), mulai dari pendekatan, perbedaan, kritik, juga implikasinya terhadap pengendalian inflasi.

Ia menjelaskan “MsMT memandang pemuaian sebagai fenomena moneter akibat pasokan uang yang dimaksud digunakan berlebihan relatif terhadap permintaan barang lalu jasa.

Teori ini didasarkan pada premis bahwa uang adalah faktor penting di tempat perekonomian, sehingga pengembangan total agregat uang beredar dapat mempengaruhi tingkat harga, output dan lapangan kerja.

Baca Juga  Kemenkeu: Intervensi pangan mampu turunkan pemuaian beras November

Teori ini terbilang dominan pada kegiatan sektor ekonomi makro selama beberapa dekade terakhir untuk menjelaskan berbagai fenomena ekonomi, seperti inflasi, resesi lalu peningkatan ekonomi.

"Namun, pada 2020 sudah ada muncul teori dunia usaha moneter baru, yakni MMT," katanya.

Menurutnya, hal ini menarik untuk dianalisis oleh sebab itu kepopulerannya sudah pernah diadakan mencuri perhatian para ekonom terkemuka juga beberapa pandangan sangat bertentangan dengan pandangan yang digunakan dimaksud telah dikemukakan pada MsTM.

“MMT adalah teori kegiatan ekonomi heterodoks yang mana dimaksud menantang pandangan MsMT mengenai inflasi. MMT berpendapat bahwa naiknya nilai tukar disebabkan oleh faktor sisi penawaran, seperti naiknya nilai tukar dorongan biaya (cost-pushinflation), bukanlah faktor moneter.

Baca Juga  Wall Street naik, Nasdaq mengawasi didorong saham Microsoft

Selain itu, MMT memandang bank sentral tidaklah dibatasi oleh keinginan untuk menyeimbangkan anggaran mereka. Dengan begitu, bank sentral dapat menciptakan uang sesuai permintaan untuk membiayai pengeluaran pemerintah,” kata Sugiharso.

Ia pun mengaitkan dengan pentingnya independensi bank sentral, sebab memungkinkan untuk memproduksi tindakan yang dimaksud digunakan sesuai dengan kepentingan terbaik ekonomi.

Implikasinya, mampu menahan tekanan kemudian meningkatkan suku bunga. Meskipun demikian, mempertahankan independensi untuk mencapai target yang dimaksud ditetapkan cukup sulit, khususnya di tempat di negara yang dimaksud mana didera krisis atau kurang stabilnya sistem urusan kebijakan pemerintah di dalam menghadapi berbagai tantangan.

Check Also

Rupiah melemah tipis seiring bursa nantikan rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam

Rupiah melemah tipis seiring bursa nantikan rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam

Lingkar Post – Ibukota – Rupiah pada akhir perdagangan hari Hari Hari Jumat melemah tipis …