Menkeu: Indonesia terbitkan sukuk ritel hijau hingga Rp21,8 triliun

Menkeu: Indonesia terbitkan sukuk ritel hijau hingga Rp21,8 triliun

Ada instrumen-instrumen yang dimaksud mana akan terus di-develop (dikembangkan) sesuai dengan permintaan climate change

Lingkar Post – Ibukota – Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani Indrawati menyatakan eksekutif Indonesia menerbitkan sukuk ritel hijau (retail-domestic green sukuk) senilai Rp21,8 triliun sejak 2019 hingga 2022 dalam rangka mengatasi perubahan iklim.

Selain sukuk ritel, Indonesia juga menerbitkan sukuk hijau global mencapai 5 miliar dolar Amerika Serikat sejak 2018 hingga 2022.

"Kita juga mengembangkan instrumen fiskal lalu keuangan dalam tempat pada rangka mengatasi isu climate change, salah satunya adalah di area bentuk instrumen green bond atau juga yang digunakan digunakan kita combine dengan sukuk atau syariah based instrument," kata Sri Mulyani di dalam tempat Jakarta, Senin.

Baca Juga  Menkeu: Edukasi serta aturan fintech diperlukan agar pengguna masih aman

Dalam acara World Bank yang mana bertemakan Climate Change and Indonesia's Future: An Intergenerational Dialogue itu, Menkeu Sri Mulyani menuturkan penerbitan sukuk hijau (green sukuk) yang dimaksud mampu menghurangi emisi hingga sekitar 10,5 jt ton CO2e.

Adapun rinciannya yakni 5,7 jt ton setara karbon dioksida (CO2e) pada 2018, 3,2 jt ton CO2e pada 2019, 1,4 jt ton CO2e pada 2020 kemudian 202.674 ton CO2e pada 2021, sehingga total mencapai sekitar 10,5 jt ton CO2e.

Baca Juga  WMO ungkap 2023 akan segera jadi tahun terpanas pada sejarah

Selain itu, Indonesia juga meluncurkan SDG Indonesia One sebagai sebuah wadah digital kerja sebanding pendanaan terintegrasi untuk menyokong penyelenggaraan infrastruktur beriorientasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Angka komitmen pendanaan di dalam media pendanaan terintegrasi SDG Indonesia One (SIO) sampai Oktober 2019 tercatat sebesar 3,05 miliar dolar Negeri Paman Sam atau setara Mata Uang Rupiah 42,8 triliun.

Selanjutnya, Indonesia juga bekerja kemudian mendapatkan Green Climate Fund (GCF), dana khusus terbesar dalam area dunia yang tersebut mana membantu negara-negara mengalami perkembangan mengempiskan emisi rumah kaca dan juga meningkatkan kemampuan untuk menanggapi pembaharuan iklim, sampai 486.314 jt dolar AS.

Baca Juga  Sri Mulyani minta komitmen kolektif menerbitkan pendanaan aksi iklim dunia

Dalam postur Green Climate Fund, equity financing mencapai sekitar 23 persen, pinjaman (loan) sebesar 26 persen juga hibah sebanyak 35 persen.

"Ada instrumen-instrumen yang digunakan yang dimaksud akan terus di-develop (dikembangkan) sesuai dengan keperluan climate change," ujarnya.

Upaya-upaya yang dimaksud disebutkan menunjukkan betapa Indonesia sangat berazam juga bertindak nyata mengatasi pembaharuan iklim dengan berpartisipasi melakukan aksi-aksi iklim baik dengan upaya sendiri maupun melalui kemitraan atau kolaborasi.

 

Check Also

Rupiah melemah tipis seiring bursa nantikan rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam

Rupiah melemah tipis seiring bursa nantikan rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam

Lingkar Post – Ibukota – Rupiah pada akhir perdagangan hari Hari Hari Jumat melemah tipis …