Sejumlah tantangan pengembangan fitofarmaka di tempat area Tanah Air

Sejumlah tantangan pengembangan fitofarmaka di area Tanah Air

Lingkar Post – Ibukota – Kepala Instalasi Farmasi RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Dr. apt. Rina Mutiara, M.Pharm menyatakan terdapat beberapa jumlah agregat tantangan di tempat mengembangkan pengaplikasian obat-obatan fitofarmaka di dalam area Tanah Air yang yang disebutkan miliki kemungkinan untuk memberikan sumbangan positif dalam upaya pelayanan kondisi tubuh untuk masyarakat. 

Fitofarmaka adalah sediaan obat substansi alam yang dimaksud telah terjadi lama dibuktikan keamanan dan juga khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra-klinik juga uji klinik, materi baku, juga juga komoditas jadi terstandardisasi. Meski mulai diresepkan oleh para dokter sebab telah dilakukan teruji baik pada hewan maupun manusia, namun fitofarmaka belum sebagian diresepkan oleh dokter di rumah sakit, salah satunya dikarenakan regulasi yang tersebut digunakan belum setegas pemanfaatan obat-obat kimia.

"Regulasi terkait fitofarmaka kemungkinan besar semata belum sejelas atau setegas regulasi untuk obat-obatan kimia. Fitofarmaka belum masuk ke di dalam Formularium Nasional kemudian Fromularium RS kemudian juga tak dijamin oleh JKN padahal pasien-pasien rumah sakit umumnya menggunakan JKN. Sebenarnya dokter ingin meresepkan fitofarmaka untuk pasien JKN, namun akibat tiada dijamin maka akhirnya beralih ke obat lain," kata Rina pada diskusi bertajuk "Forum Hilirisasi Fitofarmaka – Optimalisasi Pemakaian Fitofarmaka pada Pelayanan Kesehatan" yang mana dimaksud diakses secara daring, Senin.

Baca Juga  Sebanyak 80 persen penduduk dunia gunakan obat herbal tradisional

Menurutnya, selain regulasi yang tersebut dimaksud masih perlu diperjelas, hal lain yang mana digunakan menjadi tantangan pemanfaatan fitofarmaka adalah masih kurangnya bukti ilmiah yang digunakan mana membantu kemujaraban kemudian juga keamanan.

"Dokter rutin memerlukan bukti ilmiah yang tersebut mana kuat sebelum merekomendasikan atau meresepkan suatu produk-produk untuk pasien. Baru beberapa fitofarmaka yang dimaksud mana telah dilakukan terbukti uji klinisnya. Dokter rutin mempertanyakan mengenai bukti ilmiah yang mana kuat ketika menyusun formularium rumah sakit. Ini adalah adalah yang dimaksud belum mampu didukung oleh obat fitofarmaka," jelas dia.

Baca Juga  Mau Umrah atau Liburan ke Luar Negeri, Jangan Lupa Vaksinasi Dulu Ya!

Berbeda dengan obat-obatan kimia konvensional, fitofarmaka masih terbentur kendala keterbatasan informasi yang digunakan dapat menghambat dokter untuk menciptakan langkah informasional kemudian juga ilmiah, seperti interaksi obat yang dimaksud yang disebutkan kemungkinan besar tidak diketahui. Selain itu faktor persepsi pasien juga turut memengaruhi pemanfaatan obat-obatan fitofarmaka.

"Dokter kemungkinan besar sekadar menghadapi tantangan di tempat meresepkan fitofarmaka jikalau pasien miliki persepsi negatif atau ragu terhadap efikasi kemudian keamanan produk," kata Rina.

Lebih lanjut ia mengharapkan adanya regulasi pemerintah untuk mengatur obat fitofarmaka yang dimaksud yang disebutkan bertujuan melindungi penduduk dari risiko pemakaian obat yang mana yang dimaksud tiada aman kemudian melakukan konfirmasi bahwa memenuhi standard kualitas yang digunakan digunakan ditetapkan.

Rina kemudian menegaskan kembali bahwa penyelenggaraan fitofarmaka di tempat tempat rumah sakit harus diadakan dengan pendekatan hati-hati kemudian bersifat holistik, sehingga penting melakukan konsultasi dengan profesional kesehatan. Hal ini khususnya apabila seseorang mengonsumsi obat-obatan lain atau miliki kondisi kondisi tubuh tertentu.

Baca Juga  Western brands pay that tribute to the animals rescue

"Meskipun fitofarmaka atau obat-obatan herbal dianggap berasal dari sumber alami, namun masih semata dapat miliki efek samping yang tersebut mana bervariasi, tergantung pada jenis, dosis, durasi penggunaan, lalu respons individu," ujarnya.

Kans dan juga juga tantangan penyelenggaraan fitofarmaka, kata dia, memerlukan kolaborasi antara pemerintah, peneliti, juga warga untuk menciptakan regulasi yang yang disebutkan menguatkan sekaligus meningkatkan kualitas item juga keamanan.

"Dengan memahami kemungkinan tumbuhan obat yang dimaksud dimiliki oleh Indonesia lalu menggabungkan kearifan lokal dengan penelitian ilmiah dan juga juga regulasi yang mana digunakan baik, maka penyelenggaraan fitofarmaka miliki kesempatan untuk memberikan partisipasi positif pada upaya pelayanan kebugaran terhadap masyarakat," kata Rina menyembunyikan penjelasan.

Check Also

Dokter RSCM: Infeksi Pneumonia Mycoplasma Lebih Ringan Daripada wabah pandemi Covid-19

Dokter RSCM: Infeksi Pneumonia Mycoplasma Lebih Ringan Daripada wabah Covid-19

Lingkar Post – Publik diminta tidak ada perlu khawatir dengan adanya ancaman infeksi pneumonia mycoplasma …