Uji Nyali dengan Berbagai Rubah di tempat pada Zao Fox Village dalam tempat Jepang: Ngeri tapi Seru

Uji Nyali dengan Berbagai Rubah di dalam Zao Fox Village di tempat Jepang: Ngeri tapi Seru

Lingkar Post Jakarta – Di antara kunjungan destinasi wisata di tempat Negeri Sakura pada 7-13 November 2023, mendatangi tempat penangkaran banyak rubah ini menjadi pengalaman tak terlupakan. Mobil yang dimaksud menyebabkan kami ke Zao Fox Village baru sampai dalam pintu masuk kampung rubah satu-satunya dalam Negeri Matahari Terbit ini telah menyebabkan saya panas dingin. 

Tolong, jangan bayangkan Anda akan menemukan jelmaan serigala jadi-jadian, Jacob Black di film fantasi romans The Twilight Saga. Ini adalah tidak fantasi romans Jacob Black yang mana ingin merebut cinta Bella Swan dari kekasihnya, si vampir Edward Cullen. Bukan. Hal ini adalah rubah, tidak serigala, kendati dua hewan ini miliki kemiripan bentuk: bulu tebal, ekor lebat, moncong runcing, lalu kumis yang tersebut panjang. 

Kedua hewan yang tersebut termasuk pada keluarga anjing itu memiliki bobot tubuh berbeda. Rubah sebesar anjing dan juga kucing adapun serigala berbobot besar. Tapi keduanya mempunyai kesamaan: liar serta buas. Mereka tidak binatang peliharaan yang dimaksud sanggup dicium lalu diunyel-unyel sesuka hati seperti dengan anjing serta kucing. Salah-salah Anda bisa saja diserang. 

Pintu masuk tempat penangkaran raturan rubah Zao Fox Village di area Shiroishi, Miyagi, Jepang. Foto: TEMPO| Istiqomatul Hayati

Ratusan Rubah pada Dalam Hutan Buatan

Rasa takut diserang inilah yang dimaksud sempat menghasilkan saya keder tapi juga penasaran, ketika diajak Japan National Tourism Organisaton untuk mengunjungi Zao Fox Village. Kawasan rubah ini berada dalam 11-3 Fukuokayatsumiya, Shiroishi, Prefektur Miyagi, di area Kawasan Tohoku. Berkecamuk rasa mengendap pada pikiran di perjalanan ke sana: Ingin nguyel-uyel tapi teringat ini bukanlah hewan peliharaan juga takut diserang lantaran bagaimana pun rubah adalah binatang liar. 

Baca Juga  Jepang kaji proyek jalur kereta api IKN

Zao Fox Village adalah hutan unik buatan yang mana dihuni oleh kawasan rubah. Pengunjung bisa saja melaluinya, dengan syarat bukan mengganggu, menantang, atau memancing rubah. Sebelum masuk ke kawasan hutan rubah itu, petugas mengingatkan agar tak mengarahkan tongkat berjalan saya ke arah rubah. Serigala kemasan saset itu akan mengira tongkat itu ular lalu berbalik menyerang. 

Dikutip dari Japan TravelZao Fox Village adalah salah satu tempat terbaik di area Negeri Sakura untuk meninjau rubah. Mereka bebas berkeliaran pada cagar alam yang dimaksud bisa saja dimasuki pengunjung. Dalam kisah folklore Jepang, rubah adalah makhluk populer di cerita rakyat penduduk Negeri Matahari Terbit itu. Rubah atau kitsune, memilki kekuatan sihir, dapat berubah menjadi orang perempuan, lalu merasuki tubuh manusia, juga dapat menciptakan ilusi untuk memperdaya manusia.

Rubah kerap ditampilkan sebagai makhluk cerdas yang tersebut memiliki kemampuan sihir. Semakin sempurna kemampuan sihirnya, rubah digambarkan makin bijaksana. Dalam mitologi Jepang, rubah rutin diceritakan sebagai penjaga yang dimaksud setia, teman, kekasih, atau istri, padahal banyak terdapat kisah rubah menipu manusia.

Dalam pemahaman rakyat Negeri Matahari Terbit kuno, rubah juga manusia hidup saling berdekatan sehingga terciptalah kisah persahabatan antara manusia dan juga rubah. Dalam kepercayaan Shinto, kitsunedisebut sebagai Inari, si pembawa pesan. Rubah mampu miliki berbagai ekor hingga sembilan. Semakin banyak ekor, ia kian bijak kemudian kuat.

Puluhan rubah terlihat sedang tidur di dalam Zao Fox Village. Foto: TEMPO| Istiqomatul Hayati.

Petualangan Menyusuri Hutan Rubah

Setelah membayar tiket masuk ke Zao Fox Village sebesar 1.000 Yen atau sekitar Mata Uang Rupiah 103 ribu, mulailah petualangan mengelilingi kawasan hutan berisi banyak rubah. Belum-belum ketakutan saya telah menjadi-jadi ketika membaca peringatan tegas bahwa kawasan itu manusia banyak diserang rubah. 

Baca Juga  Korut kecam Amerika Serikat yang dimaksud akan datang jual rudal ke Jepang, Korsel

Langkah saya makin pelan sambil meyakinkan diri bahwa tongkat tak boleh diangkat seolah menunjuk rubah. Tapi kegelisahan saya agaknya kurang beralasan. Rubah-rubah beragam warna, mulai hitam, biru dongker, cokelat tua, cokelat muda, hingga putih benar-benar sedang santai. Mereka sedang tiduran dibuai angin sepoi-sepoi dari pergerakan pohon.

Beberapa memang sebenarnya terjaga, berjalan santai melintasi kami untuk minum di dalam baskom yang mana disediakan di area beberapa tempat. Beberapa yang dimaksud jalan itu matanya menatap saya, yang tersebut membalas dengan takut-takut lalu sibuk merapal doa. “Summum bukmun ‘umyun fahum laa yarji’uun,” hafalan doa dari Q.S. Al Baqarah ayat 18, yang digunakan dulu diajarkan orang tua kala takut menghadapi anjing buas agar menjadi jinak. 

Hafalan itu setidaknya menyebabkan saya tenang juga dapat berpikir kalau mereka tidak ada buas-buas amat. Sebaliknya, rubah-rubah itu lucu serta menggemaskan.  Tapi selucunya rubah, tetap memperlihatkan harus waspada. Alhasil, saya hanya sekali berapa memotret serta tidak ada berani meminta bercanda.

Larangan memotret di dalam Zao Fox Village. Foto: TEMPO| Istiqomatul Hayati.

Berfoto Menggendong Rubah

Puas mengelilingi hutan, kita akan pergi dari ke area yang digunakan berisi antrean orang berfoto dengan rubah. Momen ini tak boleh dilewatkan. Anda akan mendapatkan kesempatan langka berfoto menggendong rubah dengan membayar 70 Yen. Kapan lagi bisa jadi flexing foto sama-sama rubah? 

Untuk berfoto dengan rubah, kita harus mengantre cukup panjang. Sebelum menggendongnya, petugas yang tersebut biasa merawat rubah-rubah itu mengajarinya agar bukan menjadi bumerang. Kita harus mengenakan baju parasut hijau juga oranye, warna yang biasa dipakai petugas kala merawat rubah agar tiada mencolok. Bahan parasut itu juga melindungi kita dari gigitan jikalau mendadak galak. 

Baca Juga  Jepang desak China dan juga Rusia cabut larangan impor hasil lautnya

Saat menggendong pun tak diperbolehkan mengarahkan moncong ke wajah kita. Posisinya, kepala rubah membelakangi kita sehingga tidaklah memberi kesempatan rubah berbalik lalu menyerang. Beruntungnya saya, rubah cokelat itu anteng pada gendongan.  Ia terlihat nyaman dengan kedudukan tidur masuk akal badan saya yang digunakan besar kemudian empuk. 

Berfoto dengan rubah di kunjungan ke Zao Fox Village. Foto: JNTO.

Cara dan juga Angkutan ke Zao Fox Village

Perjalanan ke sana bermula dari Perkotaan Sendai, Prefektur selama 45 menit dengan berkendara mobil. Zao Fox Village berada di dalam dekat Daerah Perkotaan Shiroishi. Selain menggunakan mobil, Anda sanggup menumpang kereta sampai Pusat Kota Shiroishi. Turun dalam Stasiun Shiroisi, perjalanan dilanjutkan dengan menumpang taksi atau menyewa mobil selama 20 menit. 

Percayalah, perjalanan darat itu sangat menyenangkan lantaran pemandangan alamnya indah. Kedatangan saya pada waktu Negeri Matahari Terbit masuk musim gugur menciptakan pemandangan daun-daun berwarna jaundice lalu cokelat berguguran.

Pegunungan Zao yang tersebut membentang di bagian selatan perbatasan Miyagi dan Prefektur Yamagata di wilayah Tohoku sangat memanjakan mata kita. Belum lagi Anda akan menyeberangi berbagai terowongan panjang yang mana membelah pegunungan. Pikiran akan melayang kala bermain balapan mobil di dalam Nintendo yang mana menyeberangi banyak terowongan. Meski menyeberangi beberapa terowongan, Anda dijamin tidak ada akan bosan.

Check Also

Mengenal sejarah peradaban Qatar pada Museum Nasional Qatar

Mengenal sejarah peradaban Qatar dalam Museum Nasional Qatar

Lingkar Post – Ibukota – Salah satu destinasi favorit para pelancong pada negara Qatar adalah …