Imunisasi semata tak cukup cegah kanker serviks

Imunisasi semata tak cukup cegah kanker serviks

lingkarpost.com Jakarta – Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengatakan pencegahan kanker serviks bukan cuma imunisasi tetapi juga dengan menerapkan perilaku seksual yang mana digunakan aman.

"Untuk kanker leher rahim bukan belaka sekali imunisasi, tetapi dia menjadi bagian dari rangkaian penanggulangan kanker serviks. Perilaku hidup bersih termasuk perilaku seks yang dimaksud dimaksud aman juga harus selalu kita dengungkan pada masyarakat," kata dia dalam sebuah acara kesehatan di dalam tempat Jakarta, Selasa. 

Menurut dia, materi edukasi terkait perilaku seksual yang digunakan aman atau sehat ini salah satunya bukan ada berganti-ganti pasangan perlu diberikan pada masyarakat.

Baca Juga  Tanda Mycoplasma Pneumonia pada Anak, 2.000 Balita dalam DKI Jakarta Diduga Mulai Terjangkit!

Prima mengakui masih ada sebagian orang yang tersebut digunakan menganggap tabu apabila berbicara mengenai perilaku seksual. Padahal, ada banyak penyakit yang digunakan digunakan penularannya dikarenakan perilaku seksual yang mana dimaksud tidaklah sehat.

Kemudian, masih terkait pencegahan kanker leher rahim, Prima juga menekankan pentingnya deteksi dini seperti pap smear khususnya pada wanita yang digunakan itu sudah berpartisipasi secara seksual serta berusia 35 hingga 45 tahun, kendati dia sudah divaksin human papillomavirus (HPV).

Baca Juga  Serba-serbi Nyamuk Wolbachia yang Bakal Disebar di dalam Denpasar, Solusi Atasi DBD

"Harus rutin melakukan deteksi dini untuk mampu menilai apakah dia masih dalam status yang digunakan digunakan aman atau kalau sudah terjadi gangguan maka ditemukannya tambahan dini sebelum menjadi kanker," tutur Prima.

Kanker serviks terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh di tempat tempat leher rahim juga membentuk tumor ganas. Infeksi human papillomavirus (HPV) menjadi penyebab utama terjadinya kanker ini juga ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang mana terinfeksi.

Prima menambahkan, saat seseorang terinfeksi HPV, maka dia bukan ada serta merta terkena kanker serviks. Berbeda dengan COVID-19, kanker serviks baru muncul 20 – 25 tahun kemudian setelah seseorang terinfeksi HPV.

Baca Juga  Velove Vexia Jadi Duta Aspek Kesehatan Jantung, Masih Makan Gorengan Gak?

Selain itu, sistem kekebalan tubuh yang digunakan lemah, riwayat infeksi menular seksual, riwayat keluarga dengan kanker serviks serta melakukan hubungan seksual pada usia sangat muda diketahui menjadi faktor risiko terjadinya kanker serviks.

"Kami selalu menyarankan agar semua wanita yang tersebut yang sudah berumah tangga rutinlah melakukan pap smear, deteksi dini untuk sanggup menilai kesehatan leher rahimnya," demikian saran Prima.

 

Check Also

Dokter RSCM: Infeksi Pneumonia Mycoplasma Lebih Ringan Daripada wabah pandemi Covid-19

Dokter RSCM: Infeksi Pneumonia Mycoplasma Lebih Ringan Daripada wabah Covid-19

Lingkar Post – Publik diminta tidak ada perlu khawatir dengan adanya ancaman infeksi pneumonia mycoplasma …