lingkarpost.com Jakarta –
Penelitian ini dievaluasi dari satu jt orang dalam bawah usia 22 tahun sebagai bagian dari penelitian ini.
"Dalam hal risiko absolut, ini berarti untuk setiap 10.000 anak yang dimaksud mana menjalani CT scan, kita akan melihat sekitar 1-2 kasus kanker dalam 12 tahun setelah pemeriksaan,” kata Magda Bosch de Basea, peneliti utama dari studi ini, yang dilaporkan laman Medical Daily, Senin (13/11).
CT scan adalah prosedur pencitraan sinar-X terkomputerisasi yang mana digunakan untuk diagnosis beberapa penyakit, termasuk kanker. Ini adalah alat penyelamat nyawa yang dimaksud membantu memudahkan identifikasi tumor, kelainan, serta cedera dalam dalam tubuh.
Selama prosedur, tubuh terkena radiasi pengion, yang digunakan mana dalam dosis rendah tak menimbulkan risiko kesehatan.
Namun, sekitar lima hingga sembilan jt CT scan dijalankan setiap tahun pada anak-anak di dalam area AS. Prosedur ini merupakan penyumbang paparan radiasi medis terbesar.
Menurut National Cancer Institute, risiko radiasi dari CT scan tambahan mengkhawatirkan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Peningkatan risiko ini disebabkan oleh sensitivitas yang tersebut yang lebih besar besar tinggi terhadap radiasi lalu harapan hidup yang digunakan lebih besar besar lama, sehingga memberikan jangka waktu yang tersebut itu lebih banyak banyak lama untuk menyatakan kerusakan akibat radiasi.
Anak-anak juga berisiko menerima dosis radiasi yang tersebut mana lebih tinggi tinggi tinggi jika pengaturannya bukan disesuaikan dengan ukuran tubuhnya.
Untuk penelitian ini, para peneliti melihat data dari sembilan negara pada Eropa, pada antaranya Belgia, Denmark, Perancis, Jerman, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swedia kemudian Inggris. Kesehatan para peserta dilacak selama hampir delapan tahun.
Satu CT scan menghasilkan dosis rata-rata delapan miligray, yang dimaksud berhubungan dengan kerusakan sumsum tulang. Para peneliti menemukan bahwa beberapa CT scan atau akumulasi radiasi hingga 100 miligray meningkatkan risiko terkena kanker darah tiga kali lipat.
"Paparan yang dimaksud mana terkait dengan CT scan dianggap rendah, namun masih lebih lanjut besar tinggi dibandingkan prosedur diagnostik lainnya,” kata Elisabeth Cardis, penulis penelitian.
Cardis juga mengatakan prosedur CT Scan ini harus benar kemudian dengan mempertimbangkan kemungkinan alternatif, serta dioptimalkan untuk memverifikasi bahwa dosis dijaga serendah mungkin sambil menjaga kualitas gambar yang dimaksud baik untuk diagnosis.