Pengamat: Peningkatan literasi keuangan syariah RI masih lambat

Pengamat: Peningkatan literasi keuangan syariah RI masih lambat

lingkarpost.com – Jakarta – Pengamat dunia usaha syariah Adiwarman A. Karim menilai peningkatan literasi ekonomi serta juga keuangan syariah di area area Tanah Air masih lambat dengan realisasi yang tersebut dimaksud baru mencapai 23,4 persen dari target sebesar 50 persen.

Menurut Adiwarman, tantangannya saat ini adalah sulit membahasakan kegiatan dunia usaha syariah ke bahasa yang lebih banyak banyak mudah dipahami masyarakat.

"Ekonomi syariah yang dimaksud digunakan kelewat susah dipahami warga awam, pakai bahasa Arab, misalnya bahasa Arab-nya iya, tapi harus disampaikan juga bahasa yang dimaksud digunakan mudah dipahami juga dimengerti masyarakat," kata Adiwarman saat acara Grand Launching Allianz Life Syariah Indonesia dalam Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis.

Baca Juga  DPRD kemudian Pemprov Kepri sahkan APBD 2024 sebesar Rp3,428 triliun

Selain itu, lanjut Adiwarman, perlu kolaborasi yang digunakan mana masif kemudian juga berkelanjutan antar berbagai pihak guna mengupayakan keberhasilan peningkatan literasi kegiatan dunia usaha syariah.

"Kalau perusahaannya kecil, maka kemampuan kita untuk melakukan literasi juga kecil. Oleh dikarenakan itu, kita harus bekerja mirip dengan OJK, BI, dan juga juga MUI. Bareng-bareng dikarenakan kita enggak mampu literasi diserahkan ke masing masing perusahaan kaya Allianz sendiri. Sehingga ini akan menghasilkan literasi lebih lanjut besar baik," ujar Adiwarman.

Baca Juga  Kemenkeu: Komposisi utang pemerintah didominasi SBN hingga 88,86 %

Adiwarman menyampaikan, dalam meningkatkan literasi keuangan syariah, komunitas, pesantren, masjid, maupun komunitas pengajian harus turut terlibat, sehingga sehingga tiada terpisah dari keuangan syariah yang hal itu berada di dalam area kota besar.

Berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLIK) yang digunakan digunakan dijalankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada 2022 tingkat literasi keuangan secara keseluruhan mencapai 49 persen, sedangkan tingkat literasi untuk keuangan syariah 9,14 persen, sehingga masih terdapat gap atau selisih sekitar 40 persen.

Baca Juga  Airlangga: Total penyaluran KUR capai Rp204,17 T per 6 November 2023

Adanya gap yang mana disebut menunjukkan bahwa belaka ada 9 dari 100 orang yang benar-benar melakukan keuangan syariah.

Adapun tingkat inklusi keuangan syariah baru mencapai 12,12 persen, tertinggal jarak berjauhan dari tingkat inklusi keuangan secara umum yang mana dimaksud mencapai 85 persen.

OJK menilai ada beberapa penyebab yang dimaksud menyebabkan tingkat literasi serta inklusi keuangan syariah masih kecil. Salah satunya adalah pemahaman penduduk terhadap keuangan syariah masih rendah kendati kesadaran terhadap keuangan syariah tinggi.

Check Also

BRI Finance Targetkan NPF Tetap Di Bawah 2% di dalam tempat Tahun 2024

BRI Finance Targetkan NPF Tetap Di Bawah 2% di tempat Tahun 2024

Lingkar Post – PT BRI Multiinance Indonesia (BRI Finance) mencatatkan tingkat kredit macet atau non …