Ekonom BSI: Komoditas hortikultura perlu dipantau untuk jaga naiknya tarif

Ekonom BSI: Komoditas hortikultura perlu dipantau untuk jaga naiknya harga

Beberapa komoditas hortikultura mendominasi kenaikan biaya November 2023, seperti cabai merah, cabai rawit, lalu bawang merah

Lingkar Post – Ibukota Indonesia – Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengungkapkan biaya komoditas hortikultura dan juga kenaikan tarif biaya jual bergejolak di dalam di domestik perlu terus dipantau untuk menjaga kenaikan nilai tukar ke depannya.

Adapun pada November 2023, kenaikan harga jual November naik 2,86 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) atau 0,38 persen secara bulanan (month-on-month/mom), khususnya disumbang oleh komoditas hortikultura.

"Beberapa komoditas hortikultura mendominasi naiknya nilai November 2023, seperti cabai merah, cabai rawit, dan juga bawang merah," ujar Banjaran di Jakarta, Jumat.

Baca Juga  Bikin Nasabah Tenang, Bank Dorong Edukasi Penjaminan Simpanan

Kendati demikian, ia memperkirakan secara umum, tingkat kenaikan biaya domestik diperkirakan masih hanya dalam rentang target 2 persen sampai 4 persen hingga akhir tahun, dimana kemungkinan pada Desember 2023 kenaikan nilai tukar akan mencapai 2,92 persen (yoy) atau 0,71 persen (mom).

Proyeksi yang digunakan disebutkan sejalan dengan tren peningkatan naiknya nilai tukar di dalam tempat akhir tahun, teristimewa didorong oleh naiknya permintaan akibat Hari Besar Keagamaan Nasional, libur akhir tahun, lalu kampanye mendekati pemilihan umum (pemilu).

Sementara itu, Banjaran mengungkapkan terdapat kemungkinan bahwa Bank Indonesia (BI) akan tetap saja belaka menahan tingkat suku bunga acuannya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Desember 2023, sejalan dengan tingkat pemuaian inti yang tersebut terus menurunkan meskipun langkah yang mana dimaksud akan ditinjau kembali berdasarkan rilis data ke depan, khususnya terkait stabilitas eksternal.

Baca Juga  Miris! Si Miskin Terhimpit Utang, Si Kaya Pesta Pora

Namun, beberapa orang kemungkinan risiko masih perlu diperhatikan, antara lain terkait imported inflation sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah juga risiko kenaikan biaya energi juga pangan global

"Sinergi antara BI juga pemerintah pada pengendalian naiknya nilai tukar juga perlu terus diperkuat, teristimewa untuk memitigasi lonjakan naiknya nilai akibat biaya bergejolak," tuturnya.

Menurutnya, naiknya nilai November 2023 berada di area tempat berhadapan dengan konsensus lingkungan sektor ekonomi sebesar 2,7 persen (yoy), namun masih memperlihatkan berada di dalam rentang target 2 persen sampai 4 persen sejak Mei 2023.

Baca Juga  Dolar melemah seiring beragamnya data lingkungan ekonomi perumahan Negeri Paman Sam

Secara bulanan, kenaikan harga jual pada bulan November 2023 teristimewa didorong oleh makanan, minuman, kemudian tembakau dengan andil sebesar 0,32 persen, khususnya disumbang oleh komoditas cabai merah kemudian cabai rawit

Di sisi lain, secara tahunan, pemuaian pada bulan November 2023 juga didorong oleh makanan, minuman, dan juga tembakau dengan andil naiknya nilai tukar sebesar 1,72 persen (yoy).

Komoditas beras masih mengalami kenaikan nilai dengan tekanan yang mana semakin melemah. Kondisi yang digunakan disebutkan terjadi dalam tempat sedang hujan yang tersebut dimaksud mulai turun pada intensitas rendah serta juga menengah.

 

Check Also

Rupiah melemah tipis seiring bursa nantikan rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam

Rupiah melemah tipis seiring bursa nantikan rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam

Lingkar Post – Ibukota – Rupiah pada akhir perdagangan hari Hari Hari Jumat melemah tipis …