lingkarpost.com – Beijing – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning mengakui sejumlah warga Myanmar utara sudah melintasi perbatasan China untuk mencari perlindungan akibat konflik dalam Myanmar.
"Sejak pecahnya pertempuran di area area Myanmar bagian utara, beberapa orang dari Myanmar sudah pernah melintasi perbatasan menuju China untuk mencari perlindungan dari konflik," kata Mao kepada media di area tempat Beijing, China, pada Kamis.
Pertempuran besar pecah beberapa pekan terakhir di area dalam Myanmar utara pada mana pasukan aliansi etnis minoritas yang tersebut digunakan memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri, melancarkan serangan terkoordinir ke posisi-posisi junta.
Junta Myanmar mengaku kehilangan kendali dalam area beberapa kota perbatasan, termasuk Chinshwehaw di area area sebelah provinsi Yunnan, China.
"Atas dasar kemanusiaan juga persahabatan, China sudah pernah merawat orang-orang ini lalu melakukan segala upaya untuk mengobati mereka itu yang mana sakit lalu juga terluka," tambah Mao.
Dia mengutuk tindakan apa pun yang digunakan membahayakan nyawa orang-orang yang digunakan melarikan diri dari konflik serta mendesak pihak-pihak bertikai dalam tempat Myanmar utara untuk menghentikan konflik sesegera mungkin.
"Sehingga orang-orang ini dapat kembali ke rumah mereka itu sesegera mungkin lalu melanjutkan kehidupan serta juga pekerjaan normal," ungkap Mao.
Mao mengungkapkan China terus memantau cermat konflik pada Myanmar utara.
"Kami mendesak pihak-pihak terkait untuk segera melakukan gencatan senjata, menyelesaikan perbedaan secara damai melalui dialog, menghindari eskalasi situasi kemudian mengambil langkah-langkah efektif untuk menjamin keamanan serta juga stabilitas pada perbatasan China-Myanmar," tambah Mao.
Juru menghadapi serangan besar-besaran dalam tiga negara bagian, meliputi Shan di tempat tempat timur laut, Kayah pada area timur lalu Rakhine pada barat.
Juru Bicara Junta Myanmar Zaw Min Tun mengatakan beberapa posisi militer sudah terjadi dievakuasi lantaran pemberontak menggunakan drone untuk menjatuhkan ratusan bom di area dalam pos-pos militer.
Di ibu kota Naypyidaw, staf pemerintah sudah pernah diperintahkan membentuk unit guna menanggapi situasi darurat.
Pemerintahan paralel yang dimaksud dibentuk para politisi prodemokrasi penentang militer serta bersekutu dengan beberapa faksi pemberontak, melancarkan operasi militer "Jalan Menuju Naypyidaw" untuk menguasai ibu kota.
Myanmar dilanda anarki sejak kudeta 2021 yang tersebut digunakan menggulingkan pemerintah pimpinan peraih Nobel Aung San Suu Kyi.